gerhana

10 Hikmah dan Pelajaran dari Shalat Gerhana

Athariq Faisal

4 Nov 2022

7 Min Read

Pada tanggal 8 November 2022, diprediksikan akan terjadi Gerhana Bulan Total. Dilansir dari website Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),  gerhana bulan total pada 8 November 2022 ini adalah yang keempat kalinya gerhana terjadi selama 2022, yaitu dua kali gerhana matahari dan kali gerhana bulan. 

Rinciannya adalah, gerhana matahari sebagian pada 30 April 2022 yang tidak dapat diamati dari Indonesia, gerhana bulan total pada 16 Mei 2022 yang tidak dapat diamati dari Indonesia, gerhana matahari sebagian pada 25 Oktober 2022 yang tidak dapat diamati dari Indonesia dan gerhana bulan total 8 November yang dapat diamati dari Indonesia. 

Menurut BMKG, puncak gerhana bulan total 8 November 2022 terjadi pada pukul 17.59.11 WIB. Masyarakat bisa melihat gerhana bulan total mulai dari pukul 15.00.38 WIB hingga pukul 20.57.43 WIB. 

Penjelasan Ilmiah Terjadinya Gerhana 

Masih dikutip dari website BMKG, Gerhana  Bulan  adalah  peristiwa  terhalangnya  cahaya  Matahari  oleh  Bumi  sehingga  tidak semuanya sampai ke Bulan. Hal ini terjadi akibat akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan, dan terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.  

Gerhana  Bulan Total terjadi  saat  posisi  Bulan-Matahari-Bumi  sejajar.  Hal  ini membuat  Bulan masuk  ke umbra  Bumi.  Akibatnya,  saat puncak gerhana  terjadi,  Bulan  akan terlihat  berwarna merah.  

Sementara gerhana  matahari  adalah  peristiwa  terhalangnya  cahaya matahari  oleh  bulan  sehingga  tidak  semua cahayanya sampai  ke  bumi  dan  selalu  terjadi  pada saat fase bulan baru.

Jenis-jenis Gerhana Bulan

Dikutip dari website Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ada tiga jenis gerhana Bulan, yakni:

1. Gerhana Bulan Total

Gerhana bulan total terjadi ketika seluruh bayangan umbra bumi jatuh menutupi bulan, karena matahari, bumi dan bulan berada tepat di satu garis yang sama.

2. Gerhana Bulan Sebagian

Gerhana bulan sebagian disebut juga sebagai gerhana bulan parsial. Gerhana bulan sebagian terjadi ketika bumi tidak seluruhnya menghalangi bulan dari sinar matahari. Sebagian permukaan bulan berada di daerah penumbra, sehingga masih ada sebagian sinar matahari yang sampai ke permukaan bulan.

3. Gerhana Bulan Penumbra

Gerhana bulan penumbra terjadi ketika seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra. Sehingga bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram.

Shalat Gerhana dan Hikmah yang Bisa Kita Ambil

Peristiwa gerhana, baik itu gerhana matahari dan gerhana bulan merupakan suatu tanda kebesaran Allah SWT. Sebagai makhluk Allah dan khususnya sebagai seorang muslim dianjurkan untuk mendirikan shalat sunnah gerhana. 

Ada beberapa hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik dari peristiwa gerhana bulan atau gerhana matahari. Berikut penjelasannya:

1. Tanda Kebesaran Allah SWT

Gerhana bulan atau matahari adalah salah satu tanda kebesaran Allah SWT, yang menjaga kestabilan alam ini. Dalam sebuah hadis Nabi ﷺ 

إن الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله

”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah.” (HR. Bukhari, no. 1044)

2. Gerhana Diciptakan Agar Makhluk Takut Kepada Allah SWT

Orang-orang di masa silam ketika bertemu dengan gerhana ada rasa ketakutan dan bahkan ada yang harus masuk ke kolong tempat tidur atau kolong meja seakan terjadi gempa. Ada juga mitos di kalangan masyarakat zaman dulu bahwa gerhana terjadi karena matahari atau bulan ditelan oleh raksasa. 

Tapi anggapan seperti itu salah, gerhana adalah fenomena yang diciptakan oleh Allah SWT. Allah SWT menciptakan gerhana itu adalah untuk memberi rasa takut kepada makhluknya dan senantiasa untuk meminta perlindungan kepada-Nya.

Dalam ayat Al Qur’an disebutkan:

وَمَا نُرْسِلُ بِالْآَيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا

“Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.” (QS. Al-Isra’: 59)

Dalam hadis disebutkan Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَكْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا مِنْ آيَاتِ اللَّهِ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِمَا عِبَادَهُ

“Sesungguhnya ketika tertutup cahaya matahari dan bulan (gerhana) bukanlah sebab karena ada yang mati atau karena ada yang hidup, namun itu adalah tanda kuasa Allah untuk menakut-nakuti hamba-Nya dengan terjadi gerhana tersebut.” (HR. Muslim, no. 901)

 Maksud dari hadis di atas adalah bukan kita harus takut kepada gerhana, tetapi lebih takut kepada Allah SWT yang memiliki kebesaran dan kekuasan yang sangat luas. 

3. Bersegera Mengerjakan Amal Baik

Di saat gerhana bulan atau matahari terjadi, segerakanlah mengerjakan amal baik mulai dari shalat gerhana, memperbanyak do’a dan takbir mengagungkan asma Allah SWT. 

Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nab iﷺ bersabda,

فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ

”Jika kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan), maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari, no. 1046)

فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

”Jika melihat gerhana maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari, no. 1044)

4. Tetap Mengerjakan Amal Baik Meski Gerhana Belum Usai

Saat terjadi gerhana bulan atau matahari kita dianjurkan untuk menjalankan shalat sunnah gerhana. Hal ini untuk menunjukkan kita sebagai makhluk Allah SWT, takjub dengan kebesaran-Nya. 

Dalam sebuah hadis disebutkan, jika sudah selesai melaksanakan shalat sunnah gerhana, tetapi gerhana masih terjadi maka kita dianjurkan juga untuk memperbanyak amal lainnya seperti membaca istighfar dan takbir sebanyak banyaknya. Apalagi di saat gerhana bulan total 8 November 2022 terjadi selama 5-6 jam. Kurun waktu tersebut terbilang cukup lama. 

Dalam hadits disebutkan,

فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِىَ

“Jika kalian melihat gerhana itu terjadi, maka berdo’alah pada Allah dan lakukanlah shalat hingga gerhana itu selesai.” (HR. Bukhari, no. 1060; Muslim, no. 915).

5. Gerhana Ada yang Mengatur

Gerhana Matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi dan Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer.

Siapa yang mengatur gerhana terjadi?  Tentu saja, Allah Rabbul ‘Alamin. 

Dari sini kita dapat pelajarannya. Alam berasal dari bahasa Arab yakni al-‘alamah yang berarti tanda. Maksudnya, alam yang ada menunjukkan bahwa ada yang menciptakannya. Pun demikian dengan terjadinya gerhana, ada yang menciptakannya dan mengaturnya. 

Janganlah kita jadi seperti Fir’aun yang jadi penentang Tuhan bahkan menihilkan adanya pencipta dan pengatur. Segala yang terjadi di dunia ini sudah ada yang mengaturnya yakni Allah SWT. 

6. Menghapuskan Kekeliruan

Di zaman Rasulullah ﷺ, beliau ingatkan bahwa peristiwa gerhana bukanlah pertanda ada yang meninggal. Pada saat itu  terjadi gerhana yang memang bertepatan dengan kematian putera beliau yang bernama Ibrahim.

كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ ، فَقَالَ النَّاسُ كَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ

“Pernah terjadi gerhana di masa Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- saat kematian Ibrahim. Orang-orang beranggapan bahwa gerhana matahari itu terjadi karena kematian Ibrahim.” (HR. Bukhari, no. 1043)

Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata dalam khutbah beliau,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَكْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا مِنْ آيَاتِ اللَّهِ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِمَا عِبَادَهُ

“Sesungguhnya ketika tertutup cahaya matahari dan bulan (gerhana) bukanlah sebab karena ada yang mati atau karena ada yang hidup, namun itu adalah tanda kuasa Allah untuk menakut-nakuti hamba-Nya dengan terjadi gerhana tersebut.” (HR. Muslim, no. 901)

Oleh karena itu ketika ada pemahaman yang keliru mengenai gerhana yang ada di kalangan masyarakat harus diluruskan. Seperti halnya pemahaman yang salah masyarakat zaman dulu yang menganggap gerhana terjadi karena bulan atau matahari dimakan raksasa. Sebab di dalam Islam hal itu tidak ada landasan dan dasarnya. 

7. Mengingatkan Bahaya Zina

Di dalam shalat gerhana biasanya selalu diisi oleh khutbah singkat. Nabi  ﷺ mengajarkan beberapa hal salah satunya tentang bahaya zina. Dalam khutbah Nabi  ﷺ  shalat gerhana beliau salah satu pesannya adalah bahaya tentang zina. 

يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ، وَاللَّهِ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنَ اللَّهِ أَنْ يَزْنِىَ عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِىَ أَمَتُهُ ، يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا

”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina.

Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari, no. 1044)

8. Diingatkan Sedikit Tertawa, Lebih Banyak Menangis

Hadisnya sama seperti yang ada di poin ketujuh. Dalam khutbah gerhana Nabi  ﷺ menyampaikan hadis yang sama seperti yang ada di atas. 

9. Boleh Bersedih dan Menangis Tapi Tidak Boleh Sampai Histeris

Di zaman Nabi  ﷺ pernah terjadi gerhana dan bertepatan dengan meninggalkan putra beliau yang bernama Ibrahim. Beliau sedih dan menangis kehilangan puteranya tetapi beliau tidak terlalu meratapinya dengan histeris. 

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَدْمَعُ الْعَيْنُ وَيَحْزَنُ الْقَلْبُ وَلاَ نَقُولُ إِلاَّ مَا يَرْضَى رَبُّنَا وَاللَّهِ يَا إِبْرَاهِيمُ إِنَّا بِكَ لَمَحْزُونُونَ

“Air mata ini bisa menetes dan hati ini bisa bersedih dan tidaklah kukatakan selain yang Allah ridhai. Demi Allah, wahai Ibrahim, karena kepergianmu, kami bersedih.” (HR. Muslim, no. 2315)

10. Khutbah yang Baik adalah Khutbah yang Singkat

Nabi ﷺ mencontohkan shalat dan khutbah gerhana yang secara singkat tetapi memiliki pesan yang mendalam. Di dalam khutbahnya beliau hanya berpesan 5 hal sebagai berikut:

  1. Bulan dan matahari adalah ayat Allah.
  2. Gerhana terjadi bukan karena kematian atau lahirnya seseorang.
  3. Dianjurkan saat gerhana terjadi untuk melaksanakan shalat, memperbanyak sedekah, memperbanyak dzikir, istighfar dan do’a.
  4. Dijelaskan tentang bahaya zina.
  5. Perintah untuk banyak menangis dan sedikit tertawa.

Sahabat ‘Ammar pernah berkhutbah begitu ringkasnya, lantas beliau menyampaikan sabda Nabi  ﷺ, 

إِنَّ طُولَ صَلاَةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيلُوا الصَّلاَةَ وَأَقْصِرُوا الْخُطْبَةَ فَإِنَّ مِنَ الْبَيَانِ سِحْراً

“Sesungguhnya panjangnya shalat seseorang dan singkatnya khotbah merupakan tanda kefaqihan dirinya (paham akan agama). Maka perlamalah shalat dan buat singkatlah khutbah. Karena penjelasan itu bisa mensihir.” (HR. Muslim no. 869 dan Ahmad 4: 263. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

 Pada 8 November 2022 mendatang akan terjadi Gerhana Bulan Total, jangan sampai terlewat momen tersebut dan jangan lupa juga untuk mengerjakan anjuran amal ibadah yang telah djelaskan di atas. 

Yuk kita mulai mencari ilmu untuk bekal hijrah dengan benar dari para asatiz yang mempunyai kompetensi di bidangnya. Ikuti Hijra Live Kajian di aplikasi Hijra Lifestyle. Daftar dan unduh segera aplikasinya di https://alami.id/HijraLifestyle 

Artikel Terkait

Tags