Kemerdekaan Indonesia diraih dengan cara yang tidak mudah dan melibatkan banyak elemen rakyat Indonesia, tak terkecuali kaum santri. Peran santri dalam kemerdekaan Indonesia telah ditorehkan bahkan jauh sebelum proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945.
Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang sejarah dan peran-peran santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Semoga kita dapat meneladani semangat perjuangan mereka, ya!
Untuk meneladani para santri yang senantiasa mengisi hidupnya dengan ibadah kepada Allah, kamu bisa jadikan Hijra sebagai partner untuk jadikan hidupmu lebih baik.
Tidak hanya menyediakan layanan perbankan syariah, Hijra juga dilengkapi dengan fitur-fitur yang bisa bantu ibadahmu seperti Al-Quran digital, doa-doa harian, pengingat waktu shalat, petunjuk arah kiblat, dll.
Yuk, mulai perjalanan #LIfeUpgrade bersama Hijra dengan klik tombol di bawah ini!
Sejarah santri dalam kemerdekaan Indonesia
Siapakah yang disebut dengan santri? Secara leksikal, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjabarkan dua definisi santri yaitu orang yang mendalami agama Islam dan orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh atau orang yang saleh.
Menurut Rais Aam PBNU ke-10 sekaligus Wakil Presiden Republik Indonesia ke-13, KH. Ma’ruf Amin, menjelaskan bahwa santri tidak hanya orang yang berada di pondok pesantren dan bisa mengaji kitab atau ahli agama.
Namun, santri adalah orang-orang yang ikut kiai dan setuju dengan pemikiran serta turut dalam perjuangan kaum santri.
Santri memiliki peran yang penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, termasuk dalam pergerakan nasional Indonesia serta perang fisik melawan agresi militer.
Apa saja peran santri dalam kemerdekaan Indonesia? Berikut beberapa diantaranya!
Membangun kesadaran nasional
Para santri memiliki andil signifikan dalam membentuk kesadaran nasional dan membebaskan diri dari penjajahan.
Lewat persinggungan dengan tokoh-tokoh pemikiran Islam di kancah internasional pada saat mereka pergi haji, banyak tokoh-tokoh santri yang membawa pulang semangat untuk memerdekakan diri dari penjajahan dan menyuarakan aspirasi untuk membentuk pemerintahan sendiri.
Salah satu contohnya adalah peristiwa Kongres Nasional Pertama Central Syarikat Islam yang dilaksanakan pada Juni 1916 di Bandung.
Dalam peristiwa tersebut, Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang saat itu menjadi ketua Central Syarikat Islam membawakan pidato yang menyerukan kehendak bangsa Indonesia untuk dapat membentuk pemerintahan sendiri (zelfbestuur).
Pidato ini menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan Indonesia, karena disitulah diletakkan dasar-dasar nasionalisme dan kehendak bangsa Indonesia secara terbuka untuk merdeka kepada pemerintah Hindia Belanda.
Turut berperang melawan penjajah
Peran santri dalam kemerdekaan Indonesia yang tak kalah pentingnya adalah turut serta berperang melawan penjajah.
Banyak peperangan-peperangan yang melibatkan para santri dan tokoh agama Islam, antara lain Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, Perang Aceh, serta pertempuran Surabaya.
Dalam peristiwa pertempuran Surabaya yang terjadi pada 10 November 1945, laskar Hizbullah dan Sabilillah yang anggotanya banyak terdiri dari para santri turut berperan penting dalam perjuangan melawan Belanda-NICA yang dibantu oleh pasukan Sekutu.
Menjadi pemimpin dan penggerak mobilisasi masyarakat
Karena santri memiliki pengaruh signifikan dalam masyarakat, mereka sejarah santri dalam kemerdekaan Indonesia tak luput dari kemampuan mereka menggalang dukungan dari berbagai lapisan masyarakat untuk berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan.
Tidak hanya itu, banyak santri juga berperan menjadi pemimpin perlawanan dan gerilya dalam perjuangan melawan penjajah.
Salah satu contoh peran santri dalam kemerdekaan Indonesia adalah Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari. Resolusi Jihad ini berhasil memobilisasi para pejuang untuk turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia dalam peristiwa pertempuran Surabaya.
Selain itu, peran santri dalam kemerdekaan Indonesia termasuk peran mereka dalam kepemimpinan militer di masa revolusi fisik. Adalah Jenderal Besar Soedirman, santri sekaligus guru di sekolah Muhammadiyah yang tak gentar memimpin gerilya melawan Belanda.
Bahkan di saat beliau sakit, sang panglima yang tidak pernah lepas dari wudhu ini tetap bergerilya di hutan-hutan demi mempertahankan kemerdekaan NKRI.
Baca Juga: 7 Sosok Pahlawan Islam yang Menginspirasi karena Kepribadiannya
Merumuskan dasar negara Indonesia
Perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia tidak hanya dilakukan lewat perjuangan fisik, tapi juga lewat organisasi-organisasi yang memiliki visi yang sama untuk mempersiapkan usaha-usaha menuju negara yang merdeka.
Sebelum proklamasi kemerdekaan, dibentuklah sebuah organisasi untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut dokuritsu junbi chōsa-kai.
Melalui organisasi ini, para founding fathers atau pendiri bangsa Indonesia merumuskan dasar negara Indonesia, dan disini pula para santri turut andil dalam upaya tersebut.
Di antara para santri yang menjadi anggota BPUPKI adalah KH. Abdul Wahid Hasyim, KH. Mas Mansur, dan Ki Bagus Hadikusumo.
Membangun masyarakat melalui pendidikan dan gerakan sosial
Sejarah santri dalam kemerdekaan Indonesia telah ditorehkan jauh sebelum proklamasi kemerdekaan.
Para santri telah membangun masyarakat melalui pendidikan dan gerakan sosial yang digalakkan melalui pondok pesantren, organisasi masyarakat, serta majelis taklim.
Organisasi-organisasi yang diprakarsai oleh para santri seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (PERSIS), Nahdlatul Wathan (NW), dll memiliki peran penting dalam mempertahankan identitas bangsa dan memperkuat semangat kemerdekaan melalui badan-badan yang mereka kelola.
Sebagai contoh, organisasi Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 sejak awal menjadikan pendidikan dan pelayanan sosial sebagai salah satu fokus dakwahnya.
Dengan berpijak pada Al-Quran surah Al-Ma’un, KH. Ahmad Dahlan menginstruksikan santri-santrinya untuk menolong dan melayani fakir miskin. Selain itu, KH. Ahmad Dahlan juga mempelopori institusi pendidikan Islam yang menggunakan sistem klasikal layaknya sekolah modern.
Dari institusi-institusi di bawah Muhammadiyah, lahirlah sosok-sosok yang kelak turut memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan Indonesia seperti Ir. Soekarno, Buya Hamka, KH. Mas Mansur, serta Ir. Djuanda.
Hingga kini, Muhammadiyah memiliki ribuan amal usaha, termasuk lembaga pendidikan, rumah sakit, hingga panti asuhan yang dikelola oleh organisasi tersebut.
Hal ini menunjukkan kontribusi santri yang luar biasa dalam upaya turut membangun masyarakat melalui organisasi-organisasi yang mereka bentuk.
Meneladani para santri dengan menyuburkan nilai Islami
Membaca mengenai sejarah santri dalam kemerdekaan Indonesia, kita jadi tahu betapa besarnya peran santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Bagaimana kita bisa meneladani mereka? Kita bisa meneladani semangat juang para santri, salah satunya dengan menyuburkan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya, kita bisa mengaplikasikan nilai-nilai Islami dalam transaksi perbankan dengan menggunakan produk perbankan syariah dari Hijra.
Nikmati produk-produk perbankan yang halal dengan akad-akad sesuai syariah yang membuat hati tenang dan Insya Allah akan senantiasa membawa keberkahan.
Yuk, daftar segera menjadi pengguna Hijra dengan klik tombol di bawah ini!