Definisi dan Makna Hijrah
Kata hijrah memiliki arti harfiah yakni berpindah atau bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dalam spiritual Islam, kata hijrah memiliki makna yang sangat mendalam. Makna hijrah yakni perpindahan seseorang dari sisi buruk ke sisi yang lebih baik. Hijrah dapat mengubah seseorang yang tadinya lesu, patah hati, menjadi semangat dan lebih optimis. Menuju jalan yang lurus, jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Dalam sejarah Islam, proses hijrah berawal dari perpindahan Rasulullah SAW dari kota kelahirannya Mekkah ke Madinah atau pada saat itu masih bernama Yatsrib. Ada alasan Rasulullah SAW melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah. Pada saat itu, orang-orang kafir Quraisy selalu menganggu umat muslim di Mekah, dan berusaha menghentikan syiar Nabi Muhammad SAW. Mereka khawatir Islam semakin besar dan menggeser posisi kaum Quraisy yang berkuasa di Mekkah. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW mencarikan tempat untuk kaum muslimin berpindah atau hijrah.
Selain berpindah tempat, makna hijrah dalam Islam juga dapat dipahami sebagai tekad untuk mengubah diri menjadi lebih baik karena Allah SWT. Mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampunan dari setiap perbuatan dosa yang telah dilakukan dan tidak ingin mengulanginya lagi (taubatan nasuha).
Seseorang dikatakan hijrah jika telah memenuhi dua syarat, pertama meninggalkan hal lama yang tidak baik untuknya, kedua menuju hal baru yang lebih baik untuknya. Setelah hijrah, seseorang yang alangkah baiknya, melakukannya secara istiqamah, agar kita dapat hidup dengan damai di dunia maupun akhirat.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi;
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah: 218).
Hijrah Kaum Muslim dari Mekkah ke Madinah
Hijrahnya kaum muslimin dari Mekkah ke Madinah merupakan perjalanan yang cukup panjang. Proses perjalanan hijrah dilakukan dengan penuh perencanaan. Kaum muslimin yang hijrah dari Mekkah ke Madinah atau disebut sebagai kaum Muhajirin, saling berbagi peran untuk dapat tiba di Madinah. Mereka membuat kelompok-kelompok perjalanan agar tidak memancing perhatian orang-orang kafir Quraisy.
Beberapa dari mereka mengambil peran sebagai penunjuk jalan, ada yang membawa perbekalan, ada pula yang menghapus jejak unta di barisan paling belakang. Mereka bersatu, saling membahu, untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dari perjalanan hijrah kaum muslimin ini direfleksikan ke dalam kehidupan sehari-hari bahwa sebagai sesama saudara muslim, haruslah saling menolong dan membantu.
Pesan Hijrah Rasulullah SAW
Sebelum memutuskan untuk hijrah dari Mekkah ke Madinah, ada perasaan berat hati dari Rasulullah SAW dan para sahabatnya, karena harus meninggalkan kampung halamannya. Tapi, hal ini harus dilakukan demi terwujudnya perubahan dan terwujudnya dakwah Islam. Meski perintah hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah untuk saat ini tak berlaku lagi, tapi ada pesan mendalam di dalamnya. Rasulullah SAW bersabda:
”Tidak ada hijrah setelah fathu Makkah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Berhijrah di jalan Allah (dalam semua dimensinya) mengandung keutamaan yang sangat agung. Allah berfirman:
”Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan, adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Annisaa’: 100).
Ayat ini menurut Ibnu Katsir menjelaskan keutamaan berhijrah. Orang yang berhijrah karena Allah, akan mendapatkan garansi dan jaminan hidup dari Allah, di dunia dan di akhirat. Di dunia, ia akan dikaruniai keluasan rezeki. Sedangkan di akhirat, ia akan meraih pahala yang melimpah.
Untuk menjalankan hijrah memang tidak mudah. Dalam diri seorang muhajir (orang yang berhijrah) harus tertanam niat yang tulus, jihad, dan kesungguhan. Tanpa niat yang tulus, semangat jihad, serta kesungguhan yang terus bergelora mustahil tantangan-tantangan itu bisa ditaklukkan.
Penerapan Hijrah dalam Kehidupan Sehari-hari
Dari sudut pandang fisik, hijrah yang dilakukan Rasulullah SAW adalah sebuah transisi di antara dua situasi, dari keadaan yang tidak aman dan lemah (Mekkah) menuju keadaan yang aman dan kuat (Madinah).
Sedangkan dari sudut pandang spiritual, hijrah dipahami sebagai transisi dari keadaan lemah manusia atas dosa menjadi keadaan yang kuat dan terus berjuang untuk menghindarinya. Keadaan yang penuh dengan kelalaian menuju kesadaran spiritual yang sehat.
Penerapan hijrah dalam kehidupan sehari-sehari cakupannya begitu luas, pada intinya hijrah adalah tindakan yang harus dibarengi dengan perubahan ke arah yang lebih baik dan terus menerus diupayakan jadi lebih baik setiap harinya.
Hijrah adalah hal yang dilakukan oleh semua orang yang memiliki itikad baik dalam memandang kehidupan. Karena pada dasarnya, hijrah adalah upaya kita untuk meraih pencapaian dan prestasi, baik spiritual maupun material yang lebih baik dari sebelumnya.
Memulai Hijrah dengan Belajar dari Para Ahli
Seperti yang sudah dijelaskan di atas makna hijrah dalam kehidupan sehari-hari adalah berpindah atau meninggalkan yang tidak baik menuju hal yang lebih baik lagi. Tujuannya adalah mendapatkan ridha dan keberkahan dari Allah SWT.
Mari kita belajar dari para ahli dan asatiz untuk memulaih hijrah kita yang sebenarnya. Dapatkan ilmu yang bermanfaat untuk memulai hijrah dengan cara yang benar. Yuk kita mulai mencari ilmu untuk bekal hijrah dengan benar dari para asatiz yang mempunyai kompetensi di bidangnya. Ikuti Hijra Live Kajian di aplikasi Hijra Lifestyle. Daftar dan unduh segera aplikasinya di https://alami.id/HijraLifestyle