Hijrah Rasulullah SAW bersama kaum muslimin dari Mekkah ke Madinah (Yatsrib) merupakan titik tonggak kebangkitan kaum muslimin pada saat itu. Hijrahnya kaum muslimin tentunya ada alasan tersendiri. Selain menghindari dari kepungan kaum kafir Quraisy, juga mengawali sebuah peradaban Islam baru di kota Madinah.
Peristiwa hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya tak lepas dari gangguan kaum Quraisy terhadap umat Islam. Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah oleh Abdul Hasan al-Ali Hasani an-Nadwi, berikut beberapa alasan mengapa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya hijrah:
Daftar Isi
Alasan Rasulullah SAW dan kaum muslimin Hijrah ke Madinah
1. Siksaan dan Gangguan Kafir Quraisy terhadap Umat Islam
Pada saat Rasulullah SAW berdakwah di kota Mekkah, banyak di antara kaum muslimin di kota Mekkah pada saat itu disiksa dalam keadaan hidup oleh orang-orang kafir Quraisy. Sedangkan beliau tidak mampu melindungi mereka.
Lalu, beliau berkata kepada mereka, “Seandainya kalian pergi ke negeri Habasyah. Sesungguhnya, di sana terdapat seorang raja yang tidak akan dianiaya orang yang ada di dekatnya. Negeri Habsyah ialah tanah kebenaran. Kalian sebaiknya berada di sana hingga Allah memberikan kelapangan bagi kalian.”
Atas seruan Rasulullah SAW tersebut, akhirnya sekelompok umat Islam yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 4 orang perempuan pergi ke negeri Habsyah. Ini adalah hijrah pertama umat Islam. Di antara mereka terdapat Utsman bin Affan dan istrinya, Ruqayyah binti Rasulullah SAW. Mereka dipimpin oleh Utsman bin Mazh’un.
2. Serangan dan gangguan kaum Quraisy kepada Rasulullah SAW
Alasan selanjutnya adalah kaum kafir Quraisy melakukan berbagai upaya untuk menghalangi Rasulullah SAW dalam dakwahnya. Mereka tidak berhasil membuat para pemuda yang masuk Islam untuk kembali pada mereka, sementara dakwah Rasulullah SAW juga tidak mengendur. Maka, mereka membujuk orang-orang bodoh di kalangan mereka untuk mendustakan, menyakiti, mengirimkan sihir, dan tenung perdukunan kepada Rasulullah SAW.
3. Kepentingan dakwah Islam dan meringankan beban Rasulullah SAW
Dalam Sirah Nabawiyah dikatakan bahwa alasan lain yang melatarbelakangi hijrahnya umat Islam ke Mekkah disebabkan oleh kepentingan dakwah Islam. Selain itu, juga menjadi salah satu upaya meringankan beban Rasulullah SAW.
Dari mereka yang hijrah, dapat diketahui luasnya ragam kemanusiaannya yang terdiri dari berbagai tingkat dan status sosial masyarakat Mekkah. Ada orang kaya dan miskin, orang tua dan anak-anak, laki-laki dan perempuan di mana mereka merupakan penduduk asli Mekkah.
Hal tersebut menunjukkan dahsyatnya pengaruh, kekuatan, dan kesempurnaan dakwah yang dibawakan Rasulullah SAW.
4. Adanya Baiat dari Kaum Anshar (Madinah)
Sebelum melakukan hijrah untuk kedua kalinya, terjadi baiat dari penduduk Madinah sebanyak dua kali. Baiat pertama terjadi di Bukit Aqaba yang diikuti oleh 13 orang. Mereka berikrar untuk memeluk agama Islam. Peristiwa tersebut disebut dengan Perjanjian Aqabah I.
Lalu, pada tahun 622 M, terjadilah baiat yang kedua atau dikenal dengan Perjanjian Aqabah II. Beberapa riwayat mengatakan baiat ini diikuti oleh 73 orang. Rasulullah SAW meminta baiat kepada kaum Anshar untuk membela Islam dan melindungi beliau serta para pengikutnya. Kemudian, beliau memerintahkan para sahabat dan umat Islam di Mekkah untuk pergi ke Madinah.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya, Allah ‘Azza wa Jalla telah memberikan saudara-saudara untuk kalian di negeri yang aman.”
Atas perkataan tersebut, mereka berbondong-bondong menuju Madinah. Sementara, Rasulullah SAW tetap tinggal di Mekkah hingga menunggu izin Allah SWT untuk hijrah.
Namun, hijrah yang kedua ini mendapatkan tekanan yang lebih parah dari kaum kafir Quraisy dibandingkan saat hijrah pertama kali. Dikutip dari buku Hijrah dalam Pandangan Al Quran oleh Ahzami Samiun Jazuli, ketika bertemu kembali dengan Raja Najasy, mereka mendapat perlakuan yang berbeda dari yang pertama.
Makna Hijrah Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah
Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW sejatinya bukan sekedar perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang memiliki hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik sebagai umatnya. Beberapa pelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Meninggalkan Kemungkaran
Jika di suatu tempat terjadi kemungkaran dan umat Islam tidak mampu untuk mengubah kemungkaran tersebut, maka hendaknya ia tidak berdiam diri dan segera meninggalkan tempat itu. Namun, bila upaya perbaikan masih bisa diusahakan walaupun sedikit demi sedikit, maka tidak mengapa untuk bertahan di tempat tersebut dan berikhtiar menumpas kemungkaran.
2. Merencanakan Strategi dengan Rapi
Selama berlangsungnya hijrah, Rasulullah SAW telah menunjukkan betapa rapinya beliau dalam merancang dan menjalankan strategi dakwah. Meskipun dakwah ini pasti mendapat pertolongan dari Allah SWT tetapi Rasulullah SAW tetap menjalani semua sunnatullah (hukum sebab akibat) dalam keberhasilan dakwahnya sebagaimana manusia biasa lainnya.
3. Inovasi
Kegigihan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah terlihat jelas melalui usaha beliau dalam mencoba berbagai inovasi baru dalam berdakwah dan disertai dengan alasan-alasan yang relevan yang melatar-belakanginya.
3. Tanggung Jawab
Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah SAW sangat bertanggung jawab dan memikirkan umatnya. Segala cara beliau upayakan agar umatnya terhindar dari siksaan dan provokasi pihak lain. Bahkan, Nabi Muhammad SAW pula yang paling terakhir keluar dari Makkah setelah semua umat Islam selamat dalam hijrahnya menuju Madinah.
Melihat dari 4 makna hijrahnya Rasulullah SAW beserta dengan para sahabatnya, kita bisa mencontohnya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memulai hijrah seperti Rasulullah SAW dan para sahabatnya, tentunya kita perlu dibekali ilmu agar hijrah di jalan yang benar.
Yuk kita mulai mencari ilmu untuk bekal hijrah dengan benar dari para asatiz yang mempunyai kompetensi di bidangnya. Ikuti Hijra Live Kajian di aplikasi Hijra Lifestyle. Daftar dan unduh segera aplikasinya di https://alami.id/HijraLifestyle